Membangun Personal Branding
di Era Digital
“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”. (QS Al-Kahfi ; 103-104)
Pendahuluan (Open Mind)
Did you know about it?
Personal branding adalah salah satu faktor kunci kesuksesan agar kita dilirik perusahaan tempat kita melamar kerja? Melalui platform social media, employer/Boss melihat cara kita berekspresi, mulai dari perasaan hingga karakter diri. Upaya ini menjadi alat mereka untuk menilai apakah kita merupakan kandidat yang mereka cari dan sesuai dengan budaya perusahaan.
Mengacu pada data yang dilansir dari HCA Canada menyebutkan bahwa, 28% manajer perusahaan menggunakan social media kandidat untuk mencari tahu informasi tentang mereka.
Bahkan 47% dari responden mengaku tidak begitu suka mewawancarai calon pekerja yang tidak bisa ditemukan secara online.
Yuk, telaah lebih jauh apa itu personal branding agar kita bisa mempresentasikan diri dengan menarik secara online.
Everything About Personal Branding
- Personal branding dapat didefinisikan sebagai gambaran dari keunikan diri kita yang dapat berasal dari pencapaian atau prestasi, passion, kelebihan, bahkan tujuan hidup. Personal branding cenderung menunjukkan dan didukung oleh karakter asli seseorang, sehingga citra tersebut akan menempel dalam kurun waktu yang lama.
- Personal branding adalah persepsi seseorang yang kita bentuk terhadap diri kita dan apa yang bisa kita tawarkan secara profesional saat ini serta di masa depan. Hal ini dikutip dari salah satu artikel Forbes yang ditulis oleh seorang President & CEO perusahaan marketing communication, Susan Gunelius.
- Personal branding akan mempengaruhi nilai kita selama proses seleksi hingga akhirnya kita diputuskan untuk diterima atau tidak. Personal branding merupakan gambaran diri yang bisa ditunjukkan lewat apa saja. Kalau di atas Glints menyebutkan personal branding pada social media, itu hanyalah salah satu contoh medium penyampaiannya.
- Personal branding bisa terlihat lewat cara berpakaian, berbicara, hingga gadget dan kendaraan yang digunakan.
Apa pun yag melekat pada dirimu,n dilakukan secara konsisten, serta disadari orang lain, maka itu bisa membangun personal branding kita tanpa disadari. Namun sebenarnya personal branding pun bisa dibangun dengan sengaja. Artinya, kita bisa mendesain bagaimana perspektif seseorang seharusnya terhadap dirimu.Citra diri yang positif, profesional, dan baik sangat diperlukan untuk menunjukkan kredibilitas.
Gill Corkindale, seorang coach pada manajemen dan kepemimpinan global, menuliskan pada artikelnya di Harvard Business Review bahwa ada 4 (empat) hal penting dalam personal branding, yaitu:
- Menarik untuk orang-orang sekitar
- Otentik (asli, tidak duplikasi orang lain)
- Konsisten
- Dikenal banyak orang
Bagaimana Cara Tepat Bangun Personal Branding?
- Tetapkan Citra yang Ingin Dikenali
Pencitraan merupakan gambaran dari karakter yang sengaja ingin ditampilkan dengan memanipulasi karakter asli. Oleh karena kesan yang ditunjukkan tidak benar-benar berasal dari dalam dirinya sendiri, maka pencitraan relatif tidak berumur panjang.
Mulailah dengan menetapkan citra seperti apa yang kita ingin orang lain lihat dari sosok diri kita. Pastikan bahwa impresi tersebut tidak bersifat pura-pura yang hanya akan berujung pada pencitraan dan justru menenggelamkan nama dan karir kita di kemudian hari.
- Kenali Apa yang Menjadi Keunikan Diri
Cara membangun citra diri ini berkaitan dengan poin sebelumnya. Untuk memutuskan citra seperti apa yang ingin ditampilkan, kita harus mengenali apa yang menjadi keunikan diri sendiri.
Beberapa orang yang mengetahui apa yang menjadi bakat, kelebihan, atau keunikan dirinya termasuk orang yang cukup beruntung. Namun, memiliki kemampuan tersebut hanyalah modal awal yang dapat mempermudah langkah selanjutnya. Apabila kita tidak mengasah modal awal tersebut, maka hal tersebut pun tak akan lantas menjadi personal branding seperti yang kita harapkan.
Sebaliknya, jangan berkecil hati jika kita termasuk orang yang merasa tidak memiliki kemampuan khusus. Kita bisa memperkaya informasi mengenai profesi apa yang paling banyak dibutuhkan dan nyaman untuk dilakukan. Tentukan apa yang ingin kita capai, lalu mulailah membekali diri dengan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan.
- Asah Keterampilan
Mengasah keterampilan adalah elemen penting lainnya dalam membangun citra diri. Maksimalkan potensi dalam dirimu dengan melakukan berbagai aktivitas yang mendukung.
Kita dapat mengikuti pelatihan formal maupun online courses yang banyak tersedia. Pilihlah sesuai bidang yang ingin ditekuni dan menjadi branding kita nantinya.
Tak lupa, setelah mengikuti pelatihan, terapkan wawasan yang kita miliki ke dalam bentuk tindakan. Misal, kita ingin menjadi seorang online marketer yang andal. Mengikuti teori yang disampaikan di ruang latihan saja tentu tidak akan dapat mengukur sejauh mana kesiapan kita untuk dapat dilihat sebagai seorang online marketer sesungguhnya.
Kita dapat mencoba dengan membuka toko online sendiri. Namun jika modal yang diperlukan terlalu besar, maka kita bisa bergabung dengan pihak lain. Cobalah untuk melamar sebagai online marketer di sebuah usaha atau bisnis. Solusi lainnya yang tak kalah menarik, kita bisa coba mengikuti program magang atau internship yang banyak ditawarkan.
- Tentukan Target Audiens
Menentukan target audiens akan sangat membantu kita untuk menentukan selanjutnya.
Seperti misal, kita telah bekerja di perusahaan X sebagai seorang content editor selama tiga tahun. kita kemudian ingin pindah ke perusahaan Y yang lebih besar sebagai senior content editor dan mengembangkan karir di sana.
Begitu telah mematok Y sebagai target audiens, maka kita pun harus mencari informasi lebih dalam mengenai perusahaan Y. Content editor seperti apa yang mereka cari? Apakah dengan pengalaman kita selama tiga tahun di X sudah cukup dengan yang dibutuhkan Y?
Mengenali karakter Y dan diri sendiri merupakan salah satu bekal kita untuk menguatkan bargaining power. Perkecil gap antara kita dengan Y untuk memperkecil pula kemungkinan mereka menolak kita.
- Tampilkan Lebih Banyak Portofolio
Action speaks louder words. Implementasikan keterampilan kita dengan lebih banyak portofolio.
Misal, kita seorang copywriter atau content writer di sebuah perusahaan. Hasil kerja kita pun hanya akan dilihat orang-orang yang berada di dalam lingkungan kerja tersebut. Apabila ingin berpindah ke perusahaan lain misalnya, kita akan cenderung memerlukan lebih banyak effort untuk menjelaskan kualitas yang dimiliki.
Hal ini tentu akan berbeda jika kita mempunyai portofolio yang dapat diakses oleh publik. Dengan juga menulis di blog atau website sendiri misalnya, kita memberi kesempatan orang di luar kantor untuk mengetahui keterampilan yang kita miliki.
Dalam kata lain, kita semakin mengukuhkan branding diri sendiri sebagai seorang copywriter maupun content writer. Nantinya, jika ada klien atau saat kita mendaftar bekerja di perusahan lain dengan posisi serupa, portofolio tersebut akan menjadi senjata yang ampuh untuk memperluas peluang kerja sama.
- Perluas Networking
Cara membangun personal branding berikutnya adalah melalui networking. Lewat jejaring pertemanan atau rekanan yang luas, kita pun akan membuka lebih banyak kesempatan untuk berkembang.
Kita tak perlu terpaku hanya ingin berkumpul dengan satu kelompok tertentu saja. Saat bermaksud memperluas networking, kita juga bisa menambah relasi dari kelompok lain yang memiliki background berbeda.
Pasalnya melalui networking, kita bisa mendapat lebih banyak teman atau rekan untuk berdiskusi atau bekerja. Kita pun akan memperoleh lebih banyak wawasan dari berbagai sudut pandang yang mungkin tidak pernah kita sadari sebelumnya.
Networking juga merupakan salah satu pintu rezeki. Misal, kita seorang arsitek dan memiliki kawan yang bekerja sebagai seorang konsultan pajak. Kawan tersebut kemudian memiliki seorang klien yang memerlukan jasa arsitek dan dia merekomendasikan kita. Jika klien tersebut puas dengan hasil kerja kita, bukan tak mungkin dia akan kembali menggunakan atau bahkan merekomendasikan jasa arsitekmu kepada orang lainnya.
- Manfaatkan Banyak Platform
Membangun personal branding di zaman sekarang cukup mudah. Kehadiran teknologi digital benar-benar membantu kita punya banyak ‘senjata’ powerful yang bahkan dapat digunakan secara gratis, seperti Linkedin, Instagram, Twitter, Medium, dan banyak lainnya.
Beragam platform tersebut akan dapat menjadi tool yang cukup ampuh untuk memperluas network sekaligus menjadi media untuk memperlihatkan portofolio. Namun tentu saja, kita tidak harus menggunakan seluruh platform untuk meningkatkan personal branding.
Seperti contoh, kita seorang media influencer di bidang fashion. Platform yang tepat bagi kita saat ini boleh jadi Instagram, TikTok, dan blog. Sementara itu, apabila kita seorang business analyst di suatu korporasi, maka platform yang tepat untuk membangun personal branding adalah di Linkedin dan Medium.
Pilihlah platform sesuai dengan audiens yang ingin kita raih. Tak lupa, pelajari bagaimana memaksimalkan platform tersebut agar personal branding terwujud dengan tepat.
Apa Saja Tips Membangun Personal Branding?
- Gunakan Nama Yang Sama di Semua Media Sosial
Ketika membangun citra diri, kita harus paham bahwa nama adalah sebuah brand. Dengan demikian, untuk memperlancar usaha memperkuat personal branding, kita harus menggunakan nama yang sama di semua media sosial atau platform yang kita gunakan.
Hal ini untuk mempermudah orang-orang untuk mengenali atau mencari konten tentang diri kita di media sosial.
- Kenali Kelebihan dan Kekurangan
Mengenali kelebihan dan kekurangan diri adalah bagian penting dalam membuat personal branding. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan, kita dapat berfokus pada kelebihan kita untuk dijadikan senjata utama serta mempelajari berbagai hal untuk menutupi kekurangan kita.
Memang tidak ada manusia yang sempurna. Tetapi, dalam membangun citra diri yang positif, kita harus mulai untuk menonjolkan nilai plus sekaligus terus mengasah diri.
- Bangun Interaksi Organik Dengan Audiens
Di era digital saat ini, keaslian dalam interaksi adalah hal yang penting. Kata ‘brand’ sering dikaitkan dengan personalitas atau kepribadian yang dibuat-buat. Walaupun pada beberapa tahap hal itu benar, hal itu tidak berarti kita tidak bisa menjadi ‘asli’ ketika berhubungan dengan orang-orang di media sosial.
Tentu, kita harus memperhatikan tingkah laku serta gaya bicara yang telah kita tentukan untuk membangun citra diri. Tetapi, jangan sungkan untuk berinteraksi secara organik atau seperti pada keseharian dengan orang-orang.
Hal ini tidak hanya membuat kita tampak ramah, tetapi juga menunjukkan bahwa kita benar-benar tulus dalam apa yang kita lakukan.
- Konsultasi dengan Agensi
Membangun citra diri bisa jadi hal yang sulit. Jika kita menemukan jalan buntu, bukan tidak mungkin kita bisa meminta bantuan seorang profesional untuk membantu. Konsultasikan masalah dan persoalan yang kita hadapi dengan sebuah agensi.
Bisa jadi pertemuan dengan agensi bisa menjadi langkah besar dalam membangun citra diri kita.
Itulah dia cara membangun personal branding yang bisa kita jadikan panduan. Branding bukanlah tentang memasang wajah palsu. Branding adalah tentang menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Tunjukkan kelebihan kita dengan baik dan terus asah kemampuan kita tanpa henti.
Cara Membangun Personal Branding menggunakan Media Online
Selain cara-cara langsung, kita juga dapat menjual diri serta produk secara online. Cara ini bisa dibilang cukup menjanjikan karena audiens lebih banyak, jangkauan lebih luas. Berikut caranya.
- Tunjukkan citra diri dan produk
Tunjukkan bahwa kita sebagai pemilik bisnis dan brand yang kita usung berkualitas. Terbukti halal, tidak melanggar hukum, memberikan manfaat kepada konsumen. Citra seperti ini perlu ditekankan terlebih dahulu.
- Buat website bisnis
Buat website sebagai media Andakita mengkomunikasikan pesan mengenai citra positif tersebut. Website dapat berupa ulasan produk, deskripsi, kandungan, manfaat dan sebagainya. Buka kolom komunikasi dua arah dengan audiens.
- Gunakan sosial media secara terencana
Sosial media merupakan jalan pertama untuk menyapa dan mengenalkan diri. Penggunanya sangat banyak kitaa bisa mulai mengenalkan dari lingkup pertemanan paling sempit dulu. Selanjutnya melebar dan mengarah pada profesionalitas bisnis. Tetap dengan bahasa sehari-hari yang biasa digunakan tanpa dibuat-buat. Meski tujuannya untuk bisnis secara profesional, kita tetap harus menjadi diri sendiri, sehingga mudah diterima masyarakat.
- Unggah konten positif
Baik di website maupun sosial media kita perlu mengunggah konten-konten positif. Diluar produk yang ingin dikenalkan, bisa menambahkan informasi umum, sehingga audiens tidak bosan mengunjungi sosial media maupun website bisnis.
- Membangun networking
Membangun kerjasama dengan banyak pihak demi kemajuan bisnis. Dari pebisnis lain kita bisa mendapat informasi terkini mengenai inovasi-inovasi yang berkembang, sehingga lebih cepat adaptasi terhadap kemajuan dunia usaha.
Menurut CEO Amazon, Jeff Bezoss personal branding adalah apa yang dibicarakan orang lain saat kita tidak ada dalam ruangan. Ini merupakan citra diri yang penting dijaga dengan menerapkan cara membangun personal branding paling baik
Supaya Mendapatkan Pertolongan Allah
1. Sabar dan takwa
بَلٰۤى ۙ اِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا وَيَأْتُوْكُمْ مِّنْ فَوْرِهِمْ هٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ اٰلَا فٍ مِّنَ الْمَلٰٓئِكَةِ مُسَوِّمِيْنَ
“Ya (cukup). Jika kamu bersabar dan bertakwa ketika mereka datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 125)
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَا مَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
(QS. Muhammad 47: Ayat 7)
2. Menolong Agama Allah.
jika kita menolong agama Allah, maka pasti Allah akan menolong kita. Inilah yang dijanjikan Allah dan janji Allah itu adalah sesuatu yang haq atau pasti.
Tidak mungkin pertolongan Allah hadir jika masih terus-menerus melakukan kemaksiatan. Selain itu, mustahil juga pertolongan Allah datang jika berdiam diri terhadap kemungkaran.
Untuk mendapatkan pertolongan Allah juga disebutkan dalam surat Al Hajj 41
3. Mendirikan sholat
4. Menunaikan zakat
5. Menyuruh yang makruf
6. Mencegah perbuatan yang mungkar
اَلَّذِيْنَ اِنْ مَّكَّنّٰهُمْ فِى الْاَرْضِ اَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتَوُا الزَّكٰوةَ وَاَمَرُوْا بِالْمَعْرُوْفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَلِلّٰهِ عَاقِبَةُ الْاُمُوْرِ
“(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS Al Hajj [22]: 41).
7. Berhijrah untuk mencari Karunia dan keridaan Allah
لِلْفُقَرَآءِ الْمُهٰجِرِ يْنَ الَّذِيْنَ اُخْرِجُوْا مِنْ دِيَا رِهِمْ وَاَ مْوَا لِهِمْ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَا نًا وَّيَنْصُرُوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ
“(Harta rampasan itu juga) untuk orang-orang fakir yang berhijrah yang terusir dari kampung halamannya dan meninggalkan harta bendanya demi mencari karunia dari Allah dan keridaan(-Nya) dan (demi) menolong (agama) Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.”
(QS. Al-Hasyr 59: Ayat 8).
Penutup dan Kesimpulan
Allahlah pemilik segalanya, Allahlah pemilik segala kekayaan, ilmu pengatahuan, Allahlah pemilik “kun” fayakuun..
Kewajiban kita hanyatah ikhtiar maksimal bagaiana bisa meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat,bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Dari Zaid bin Tsabit RA, dirinya berkata telah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan atau tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. (HR Ahmad, Hr Ibnu Hibban)